Tak Harus Selamanya Bersendu - Nada Patah Hati

Selamat siang para pembaca spesial. Kabar harimu kini tak perlu kau kabari padaku. Bagikan juga sedikit ceritamu setelah cerita apa yang akan kau ketahui dariku.
Tentang cinta. Mencintai adalah suatu proses nyata dari pikiran yang akan menuju dewasa. Memang tak secara instan. Butuh proses lama untuk benar-benar menanggapi cinta yang sebenarnya (jangan kamu tanyakan seperti apa cinta yang sebenarnya).
Banyak dari kita tentu pernah benar-benar mencinta, dan selalu berakhir dengan kecewa. April pada 2013 lalu, adalah hari dimana hatiku benar-benar mencintai sosok wanita. Dia terlihat cantik, memiliki paras bernada yang membuat degup jantungku berirama.
Lama menjalin cerita cinta dengannya, rasa sayang yang sebatas biasa berubah menjadi luar biasa. Aku semakin jauh mengenal sosok dirinya yang membuatku tak ingin kehilangan dirinya. Hari-hari spesial meski aku dengannya hanya bercerita via suara. Setiap pagi, siang, hingga malam, nada ponselku tak berhenti memberi sinyal pesan. Ya! Long Distance Relationship (LDR) atau hubungan jarak jauh memang sedikit rumit. Tak banyak poin yang harus dijaga selain saling percaya. Menyimpan rasa percaya memang tak mudah pada posisi seperti ini. Aku tahu ini sulit.
Kamu tahu, kejadian paling pahit terjadi pada 2016 kemarin, aku dengannya harus terpisah. Entah fakta dia akan menikah, atau hanya drama antara dirinya dengan sosok orang ketiga agar aku menjauh darinya. Dia berkata, "hubungan kita sampai sini, aku akan dinikahkan oleh orang tuaku." Kilat menyambar hatiku hingga padam dan tak mampu lagi memberi nada setelah mendengar kalimat itu darinya. Aku terdiam tanpa mempedulikan kata halo dan halo di balik telpon. Sebelum akhirnya aku akan membuka suara, dia kembali berkata, "kamu kesini, bilang pada orang tuaku, kamu akan segera menikahiku." proses yang sangat sulit untukku dikala dulu aku yang masih sebagai pria pengangguran yang banyak menghabiskan uang hasil orang tua. Ekhemmm... Payah! Jelas, dia pasti tahu aku akan memilih mundur, karena tak mungkin dengan pilihan aku yang harus kerumahnya, dan bilang pada papanya, aku akan segera menikahinya. Kapan? Aku memilih untuk mundur.
Ibukota rasanya semakin panas saja. Ekhemm. Ya begitulah. Untuk orang-orang penikmat sosial media. Sedikit banyaknya dari kaum galau mungkin terjebak dari unggahan sang mantan yang justru semakin membuat ketagihan. Hentikan sebelum hatimu mati perlahan. Seolah-olah kita mampu memecahkan teka-teki, lalu kita lupa bahwa dunia maya selalu punya topeng tersembunyi.
Aku berkata demikian karena pernah kutemui muda-mudi yang dengan romantis menuliskan 'Terima kasih sudah menampung lelahku, wahai tempat pulang. Five years and still counting...' pada caption instagram-nya di bawah foto berdua. Tetapi saat bertemu mereka malah lebih fokus melihat layar daripada saling berbagi kabar. Jadi apanya yang mau di-counting? Waktu menuju putusnya?
Namun di kesempatan lain kutemui muda-mudi yang begitu heboh membicarakan apa saja. Mereka saling menatap dan mendengarkan dengan sesekali sang perempuan memasang ekspresi manja yang langsung ditanggapi gagah oleh lelakinya. Manis sekali. Kulacak akun maya kedua orang itu dengan bertanya ke orang-orang di sekitarku, dan ternyata mereka tidak pernah sekali pun memamerkan hubungan mereka di media sosial! Hebat. Mereka benar-benar menikmati cinta berdua. Tanpa 'unch unch maaci ayang', tanpa lilin-lilin anniversary yang tersusun rapi membentuk hati di setiap bulan, juga tanpa balon emas berbentuk huruf yang tertempel di dinding kamar hotel mahal dengan taburan kelopak mawar di ranjang.
Sayangnya kita sulit sejernih itu saat jatuh cinta. Ada banyak permaafaan yang mengurung nalar, kita sudah lebih dulu terbuai oleh kisah kasih fana yang memenuhi kepala. Seperti sapaan di pesan masuk Instagram dari perempuan yang membuatku berpikir dia benar-benar akan menemuiku di stasiun Kwitang. Hati hanya bisa menyangka, waktu yang menentukan luka. Tepat saat langkahku memeluk jalanan Ibukota, tidak satu pun kata keluar dari ketikan jemarinya. Kotak masuk ponselku diam dan tiap deringnya seakan puasa.
Rizky Imanul
Jakarta, 28-03-2017
Johar Baru.
Itulah kehidupan, cinta dan kasih sayang, semua perlu pengorbanan, kegagalan tak harus diratapi tapi harus tetap berdiri dan berjalan. Lihatlah di depan sana sebuah pelabuhan sedang menantimu. Semangat kawan!
BalasHapusSenang bisa bertemu lagi disini.
Halo mbak Lis. Muehehe, aku sibuk. Masih harus curi-curi waktu untuk berbincang lama.
HapusItulah kehidupan, cinta dan kasih sayang, semua perlu pengorbanan, kegagalan tak harus diratapi tapi harus tetap berdiri dan berjalan. Lihatlah di depan sana sebuah pelabuhan sedang menantimu. Semangat kawan!
BalasHapusSenang bisa bertemu lagi disini.