Satu Kisah Singkat


Satu Kisah Singkat


Sore menjelang matahari pulang, kamu akhiri semua kisah yang melibatkan satu hal "berjuang". Hari ini, dua tahun silam. Jujur saja, malam tadi lagi-lagi kau hadir dalam mimpi. Padahal, aku tidak sedang memikirkanmu. Kenapa? Satu proses lupa yang tinggal menunggu sepuluh persen lagi itu kini aku rasa harus kembali ke awal. Mengenangmu menyakitkan. Bukan, bukan akibat salahmu memutuskan undur diri. Tapi kenangan itu. Asal kamu tahu, setelahnya, pendirianku tetap teguh untuk tidak mencarimu dimanapun.

Aku tidak sebegitu yakin kau ingin tahu kabarku saat ini. Hey! Aku baik-baik saja. Meski hanya sekedar berpura-pura. Aku masih ingat saat kita berdebat waktu untuk bertemu. Waktu itu, kau datang bersama seorang teman, dan aku datang membawa dua orang teman. Setelah kita saling bertatapan untuk pertama kalinya setelah satu tahun menjalin cinta, wajahmu tampak merah. Aku merangkulmu, dan kau menepisnya lembut menandakan kau masih malu-malu. Memang, itu terlihat dari wajahmu yang tersenyum simpul.

Kita hanya terdiam saat pertemuan pertama itu. Kau duduk dengan wajah yang masih menolak memandangiku. Aku disampingmu, dan temanmu disisi kirimu. Lucu ketika temanmu pergi seperti memberi waktu untuk kita berduaan saja. Kau menarik tangannya dengan memasang wajah cemberut padanya sambil berkata, "Jangan pergi si!". Kau benar-benar seperti anak kecil. Aku pun tersenyum. Setelah itu aku yang pergi meninggalkanmu, juga temanmu yang tangannya masih kau tahan. Aku kembali pada tempat duduk dimana kedua temanku duduk. Aku menceritakan pada mereka jika aku sulit berdialog denganmu yang over pemalu. Bahkan aku sempat berfikir, sikapmu bukan malu, tapi menyesal telah bertemu.

Aku sempat berfikir untuk pulang dan akhiri pertemuan, melihat kedua temanku berdiri dan melangkah pergi. Ketika aku berdiri dan akan mengikuti mereka, kau memanggil. Kamu tahu? Aku sangat bahagia. Aku melihatmu berjalan sendiri mendekatiku. Dan aku menyapu pandang untuk memastikan dimana temanmu?

Saat itu, kita kembali duduk bersama, berdekatan, memandangi jalanan. Aku terus memandangi wajahmu, kau kembali tetsenyum malu. Lembut kau berkata "kenapa?" Dan tanpa dusta aku berkata sejujurnya, "kamu cantik."

Cukup. Itu hanya masa laluku. Entah itu masalalumu juga, atau tidak. Yang aku harapkan saat ini hanyalah beberapa. Sesingkat-singkatnya, aku ingin lupa semua tentang kita, dan bertemu sosok yang hebat membalut luka. Itu saja. Hanya si sosok hebat itu yang aku yakini dapat menghilangkan tentangmu. Tapi sampai saat ini, aku masih sendiri. Bukan karena tidak ada sosok yang menyukai, atau mencintai lebih dari sekedar memiliki. Ada, hanya saja aku belum siap. Aku bingung. Mengapa aku belum siap? Aku bertanya pada diri sendiri, tepatnya pada hati, "Bego! Elu nunggu siapa lagi? Elu nunggu yang kekgimana lagi? Apa lagi yang lo takutin? Kenapa gak coba aja? Payah lu!".

Terkadang aku memang selalu benci sisi hitamku. Dia tak banyak membantu, dia hanya sampah ditubuhku. Pergi! Itu yang ingin aku lontarkan jika ia terpisah raga. Tulisan ini, tercipta saat aku benar-benar didera rasa sepi. Secangkir kopi, ditemani lagu rocket rockers seperti amunisi ampuh yang membuat akalku lancar merincikan tentang "Satu Kisah Singkat" ini. Entah harus apa lagi yang harus aku tulis. Poinnya, tulisan ini adalah satu bentuk ungkapan dari sosok pria yang pernah lebih dari sangat mencintai, dilukai, yang sulit untuk pergi.

Rizky Imanul
04 Agustus 2017, Jakarta.

Komentar

  1. minum kopi pas lagi galau memang cocok mas ditemani musik karaokean juga boleh, bikin mata jadi melek. hehe.

    BalasHapus
  2. Haahaa!! yaa! intinya sih bukan harus gimana-gimana.. Nikmati kesendirian sebagai pengalaman buat kedepannya nanti.. karena problem hidup akan selalu berbeda-beda.. tinggal kita merangkai itu semua dalam kesendirian & bisa jadi modal kala kita sudah ada pendamping 1 untuk selamanya.. meski terkadang manusia juga bisa berubah..

    BalasHapus
  3. Setuju sama yang komen di atasku nih!! Dariku tetap semangat aja, Ky. Semua pasti akan berlalu kalau udah waktunya.

    BalasHapus
  4. Cerita yang bagus Ki. Muehehe

    BalasHapus
  5. oh kamu disini toh, maaf belum baca postnya yang penting udah tau blognya

    BalasHapus
  6. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pernah Dekat

Saat Aku Pulang

Villa Hakim 3: Bogor