Aku vs Aku: Tulisan Pertama di 2021
November 2019. Akhirnya aku di terima bekerja di salah satu perusahan besar di kabupaten Bekasi. Waktu pun akhirnya habis. Perlahan, sedikit demi sedikit aku mengikis duniaku. Bukan lagi untuk main-main. Usiaku tak lagi muda. Bukan lagi waktunya untuk berleha-leha. Bukan lagi masa tenang. Semua telah terabai. Entah aku sibuk apa sekarang sebenarnya. Aku tidak pernah bisa konsisten. Layak tidak teguh pendirian. Satu sisi aku selalu ingin melakukan sesuatu yang menurutku itu bagus. Di sisi lainnya aku malas. Lalu, sebenarnya kenapa aku di sini. Dan kenapa aku menulis lagi? Sudah kah menemukan waktu? Atau ada sesuatu? Entah ... Dan, entah? Satu tahun lebih aku menjadi seorang karyawan. Dunia kerja yang semenjak aku lulus di bangku sekolah idam-idamkan rutinitasnya. Dan berpikir akan membantu perekonomian keluarga. Ayahku, ibuku. Mereka bukan dari turunan orang berada. Sebab itu aku ingin bekerja? Membantu orang tua? Omong kosong. Itu hanya harapan. Fakta yang aku jalankan tidak semudah itu. Banyak halangan. Banyak rintangan. Banyak godaan.
Apa kabar? Hari ini telah masuk di penghujung bulan Februari. Aku di sini. Aku menulis lagi. Selalu saja. Menulis, dan mengabaikan dengan waktu yang lama. Aku belum bisa lepas dari dunia bahagiaku. Bahagia untukku, dan baku bagi mereka yang tau. Untuk apa? Apakah menguntungkan bagiku bertahan nyaman di duniaku sekarang? Tidak. Aku hanya merasa cukup nyaman. Lalu sampai kapan? Aku tidak tahu. Menghentikannya pun aku ragu. Lalu apalagi rutinitasku setelah aku meninggalkan dunia itu? Menulis lagi? Curhat di blog lagi? Melanjutkan cerita "Napak Tilas" di Wattpad yang usang dari terpublisnya di 2019? Atau, ungah-unggah karya lukis 3D di media sosial lagi? Kemana? Di mana? Dimana aku yang dulu? Rusak duniaku karena aku sendiri. Mau aku apa sih? Enggak ada. Aku hanya bingung.
Hampir dua tahun loh. Orang lain sudah bisa menebus inginnya semasa dia merebah lama. Bahkan rekan kerjaku sudah beberapa orang menulis namaku dalam surat undangan pernikahannya. Aku kapan? Sekarang adalag minggu. Lagi-lagi sisa uangku tidak mencukupi sampai di titik salary. Ya, bulan ini aku memang banyak pengeluaran. Terlebih untuk motor matic yang baru beberapa bulan ini aku miliki. Dia harus mengganti pajak, lengkap dengan NoPolnya. Masanya sudah habis. Aku harus lerpanjang lewat jasa. Aku selalu tidak ingin ribet. Aku maunya sederhana. Semua aku memilih untuk membayar. Yang paling penting adalah selesai.
Lahan parkir di pabrik tempat aku bekerja. Dia bernama Hejo. Aku yang menamainya sendiri. Dia resmi aku miliki sebelum aku berada di sini. Sebelum aku mendapat pekerjaan ini. Dia adalah sang pahlawan. Perjuangannya sangat luar biasa. Meski bukan sejak kelahirannya bersamaku, dia memiliki kecocokan ketika denganku. Dia hebat. Meski seringkali membuatku tidak habis pikir. Dan merasa kesal. Wajar, dia sudah tua. Tidak jarang rekan-rekan kerjaku mengoloknya, mengolokku atas dasar si hejo. Aku hanya tertawa menanggapi mereka. Sebuah topeng tawa. Sakit? Tentu. Malu? Iya. Kesal? Ada. Tapi aku tanggapi dengan rendah diri. Aku selalu tidak ingin berdebat.
Tepat pada aksi menolak omnibus law pada Oktober 2020. Itu adalah hari terakhir aku dengan si Hejo. Ada rasa sayang pun aku melepasnya. Tepat di hari itu, dia aku tukar dengan yang baru. Jika dia memiliki perasaan, betapa terpukulnya perihal ini untuknya. Dan betapa bangsatnya aku untuknya. Dia yang sering menghantarku sampai di pabrik. Dia yang menghantarku kemana tujuanku mau. Dia yang selalu siap, dan aku yang membanggakannya. Tapi tidak dengan orang yang aku suka.
Oh ... Ya. Ada satu perempuan yang aku suka di pabrik. Ah! Rasanya tidak lerlu aku ceritakan. Biar ini menjadi aku, hati, dan Allah yang tau. Walau aku yakin tidak akan ada seorangpun yang akan membaca diary ini. Oh jadi ini diary? Haha. Ya. Mungkin.
Aku hanya sedang merasa gundah. Aku sedang berpikir keras. Menerjemahkan tentang mengapa uangku selalu tidak tersisa tanpa bisa di jelaskan? Apa benar, aku kurang bersedekah pada orang-orang yang lebih membutuhkan? Toh semua apa yang telah aku hasilkan dengan kerja kerasku selama ini, tidak lepas hanya titipan Allah. Aku paham.
Komentar
Posting Komentar