Selesaikan Dulu Saja Semua

Panas terik siang di pertengahan bulan ke enam. Seharusnya waktu yang aku targetkan sudah selesai. Tapi barangkali Allah masih mau aku berjuang lebih lama lagi. Ada beberapa yang perlu didahulukan sebelum mencapai apa yang aku perlukan. Seperti; membeli oli motor tua yang aku sendiri tidak mengerti kapan harus segera ganti. Lalu terkadang ada keperluan lain yang datang secara mendadak, seperti; kebutuhan air minum, listrik mati, gas habis, atau seperti kemarin yang tanpa pernah terduga harus ganti ban belakang motor tua. Astaghfirullah.

Kalau motor tua dipakai jalan dengan jarak yang cukup jauh memang sedikit repot. Dipaksa lari tidak kuat, mau pelan-pelan juga malah bikin kagok pengendara lain. Tad tid tad tid belakang, kiri, kanan. Memang harus pintar-pintar berkendara saja.

Oh ya. Juga setelah semua kendala itu terjadi, ada satu perkara lagi yang memaksaku untuk mengeluarkan isi saku. Kena tilang polisi lapar. Ah dasar. Ya memang polisi lapar. Subuh-subuh sekitar pukul lima, di Bogor. Tujuanku pulang untuk menghadiri acara pernikahan. Dan itu hari minggu, yang sebelumnya sempat aku timbang-timbang jika polisi tidak muncul di jalanan.

Tapi ya ujung-ujungnya memang tidak demikian. Pada saat perjalanan, tiba-tiba polisi mengejar di belakang. Hanya satu orang, dan beliau beralasan memang sedang akan berangkat ke kantor. Pakai jaket hitam, tapi dibalik jaket itu memang aku perhatikan seragam polisi. Juga nopol di motornya. Aku tidak bisa mengelak.

Seharusnya aku memakai helm yang normal orang pakai pada umumnya. Tapi yang aku pakai adalah helm retro bergaya klasik pada zaman-zaman dulu itu, hanya karena agar terlihat lebih serasi saja dengan motor tua yang aku pakai.

Awalnya beliau memang berkata hanya ingin memberi peringatan saja padaku, bahwa helm seperti itu tidak boleh lagi dipakai, walau berstandar SNI sekalipun. Tapi yang membuat aku akhirnya ditilang adalah sim yang sudah mati. Celaka memang. Sudah waktunya. Aku coba bernegosiasi dengan beliau karena aku memang sedang mengejar waktu pada hari itu. Harus segera sampai di acara pernikahan pagi-pagi sebelum jam tujuh. Akhirnya beberapa lembar uang harus keluar untuk bisa melanjutkan perjalanan.

Perjalanan ini memang melelahkan. Aku benar-benar menunggu waktu itu tiba. Aku akan selalu menunggu waktu itu menjadi punyaku. Untuk saat ini, dan kedepannya. Selesaikan dulu saja semua.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pernah Dekat

Saat Aku Pulang

Villa Hakim 3: Bogor